Menurut pengakuan Iwan Fals, lagu ini dibuat berdasarkan kenyataan yang
dia lihat. Dia mengamati binatang belalang yang dianggap usianya sudah
tua di kebun rumahnya. Belalang itu makan dengan rakusnya meskipun sudah
tua. Belalang itu tidak mengehntikan makannya dan terus menghabiskan
daun daun disana, tetapi walau sampai habis daunnya, belalang itu tak
jatuh juga.
Namun rupanya pemahaman pendengar lagu ini berbeda. Pendengar
mengartikan belalang tua sebagai seorang pemimpin yang rakus. Seorang
penguasa yang enggan menyerahkan kekuasaannya kepada generasi muda. Ini
mirip dengan keadaan yang terjadi di Indonesia pada masa yang lalu.
Lagu ini versi awalnya ada dalam album Suara Hati tahun 2002 dan kemudian diaransemen ulang dalam album In Collaboration tahun 2003.
Lagu ini versi awalnya ada dalam album Suara Hati tahun 2002 dan kemudian diaransemen ulang dalam album In Collaboration tahun 2003.
Belalang Tua
Iwan Fals ( Album Suara Hati 2002 & In Collaboration 2003 )
Belalang tua diujung daun
Warnanya kuning kecoklat coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang kenyang
Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair
Tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan
Akhir dari kerakusan
Belalang tua
Yang tak kenyang kenyang
Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak keatas
Matanya melotot melihatku tak senang
Kakinya mencengkram daun
Empat didepan dua dibelakang
Bergerigi tajam
Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar
Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang
Walau hampir habis
Daun tak jadi patah
Belalang yang serakah
Berhenti mengunyah
Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang
Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
Belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas
Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik rintik
Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan
Kisah ini akan berakhir
Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang
Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
0 komentar:
Posting Komentar