
Ini salah satu bencana besar yang pernah dialami bangsa Indonesia. Pada
saat itu terjadi kecelakaan kereta api yang memakan banyak korban jiwa
dan terjadi di daerah Bintaro-Jakarta. Pada tanggal 19 Oktober 1987
kejadian ini mengejutkan kita semua. Sebuah kecelakaan yang terjadi
akibat kelalaian manusia sendiri.
Berita kecelakaan ini diberitakan besar-besaran oleh media, sebab pada
masa itu sangat jarang terjadi kecelakaan yang memakan korban jiwa
begitu banyak. Iwan Fals peduli dengan kasus ini dan dia membuat lagu
berjudul sama dengan tanggal kejadian, yaitu 1910.
Tragedi Bintaro adalah peristiwa tabrakan hebat dua buah kereta api di
daerah Pondok Ranji, Bintaro, Jakarta Selatan pada tanggal 19 Oktober
1987 yang
merupakan kecelakaan terburuk dalam sejarah perkeretaapian di
Indonesia.
Sebuah kereta api yang berangkat dari
Rangkasbitung, bertabrakan dengan kereta
api yang berangkat dari Stasiun Tanah
Abang. Peristiwa ini tercatat sebagai salah
satu musibah paling buruk dalam sejarah
transportasi di Indonesia.
Penyelidikan setelah kejadian menunjukkan
adanya kelalaian petugas Stasiun Sudimara yang memberikan sinyal aman bagi kereta
api dari arah Rangkasbitung, padahal tidak
ada pernyataan aman dari Stasiun
Kebayoran. Kecelakaan terjadi di antara Stasiun
Pondokranji dan Pemakaman Tanah Kusir,
Sebelah Utara SMUN 86 Bintaro dekat tikungan melengkung Tol Bintaro, tepatnya
di lengkungan S, berjarak kurang lebih 200
m setelah palang pintu Pondok Betung.
Akibat tragedi tersebut, masinis Slamet
Suradio diganjar 5 tahun kurungan. Ia juga
harus kehilangan pekerjaan. Nasib yang serupa juga menimpa Adung
Syafei, kondektur KA 225. Dia harus
mendekam di penjara selama 2 tahun 6
bulan. Sedangkan Umrihadi (Pemimpin
Perjalanan Kereta Api, PPKA, Stasiun
Kebayoran Lama) dipenjara selama 10
bulan. Jumlah korban jiwa
156 orang, dan ratusan penumpang lainnya
luka-luka
1910
Karya : Iwan Fals ( Album ‘1910’ 1988 )
Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata
Air mata
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata
Air mata
Berdarahkah tuan yang duduk dibelakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa
Aku bosan
Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka luka terobati
Nusantara tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila berhenti
Bilakah
Bilakah
Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
(merah darah)
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata
Air mata
Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang
Pergilah dengan tenang saudaraku
Saudaraku pergilah dengan tenang
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku
Saudaraku
0 komentar:
Posting Komentar