(EDISI LENGKAP ALIAS YANG GUE INGET 19 TAHUN YANG LALU)
Perjalanan Meliput Konser Iwan Fals Untuk Kemanusiaan Bencana Alam Maumere Flores.
Sabtu, 30 Januari 1993.
Oleh:
Udin Jamal Azhari (ditulis malam ini, 24 Februari 2012)
Iwan Fals: “Sambil Nunggu Maghrib, Jangan Berkelahi..!”
Rumahku, Bekasi, 31 Januari 1993, membuka mata melihat jam… wow 6.05
WIB, ya tanda harus segera mandi dan bergegas berangkat ke sekolah
(SMP). Sehabis mandi menuju kamarku untuk salin pakaian sekolah. Ibuku
sedang nonton acara Seputar Indonesia RCTI, suara penyiar semakin jelas
kudengar, memberitakan suksesnya
Konser Iwan Fals yang berlangsung tadi malam (30/1/1993) di
Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Dihadiri sekitar 40 ribu penonton dan berhasil mengumpulkan dana seratus jutaan untuk disumbangkan bagi korban
bencana alam tsunami Flores. Jumlah itu dipastikan akan bertambah karena konser kedua akan berlangsung malam ini, Sabtu, 31 Januari 1993.
Duh aku harus nonton nih….Iwan Fals!!!…. musisi yang sangat popular dan
kharismatis saat itu. Maklum saja, masyarakat Jakarta masih belum lupa
akan tembang
Bento dan
Bongkar yang baru saja diriliss bersama grup
Swami tahun 1990 dan konser akbar
Kantata Takwa 15
Juli 1990 di Stadion Senayan yang mampu menghadirkan seratus ribu
penonton. Dan kini, malam ini, dia akan tampil tunggal atas nama Iwan
Fals (tentunya dengan band pengiring dari album
Hijau).
Stadion Lebak Bulus, 31 Januari 1993 Pukul 15.30, konsernya sendiri baru
akan berlangsung pukul 19.00 WIB. Panas matahari begitu menyengat, saya
dan teman-teman rumah juga teman-teman
Iwan Fals Fans Club (IFFC) Radio Metro Jaya
mencari tempat berteduh disekitar gedung stadion, namun membludaknya
massa membuat suasana semakin panas saja. Mereka rata-rata datang
bersama rombongan dengan menumpang
Truk atau
Metromini carteran.
Gaduh sekali suasana diluar stadion. Sekelompok orang membentangkan
spanduk merah dipagar pagar luar stadion bertuliskan
“The Big Family Iwan Fals”.
Semakin sore hingar-bingar massa semakin terasa. Banyak sekali manusia
ketika itu. Namun ada yang menarik pemandanganku diantara para pedagang
makanan dan pernak-pernik Iwan Fals, ada yang menjual sablon (maaf) ecek
ecek. Saya mengatakan ecek ecek karena caranya memang sangat sederhana,
yaitu gambar Iwan Fals yang ada di kertas putih kemudian jika kita
setrika di kaos kita maka gambar itu akan menempel, si pedagang itu
sudah siap dengan setrikanya. Cukup dengan membayar seratus rupiah saja
kaos kita akan di strikanya. Walhasil dengan harga yang murah meriah itu
rupanya laris juga jualannya.
Pukul 16.30 WIB kami sepakat untuk masuk stadion, tawaran calo tiket
membuat kami sempat tergoda, mungkin sampai tulisan ini dibuat. Hanya
saat itu ada calo tiket yang menjual harga lebih murah dari harga tiket
resmi. Harga tiket resmi Rp.4000,- calo hanya menjual separuh harga
alias Rp.2000,-. Mungkin terlintas dipikiran pembaca jangan-jangan tiket
yang dijual calo itu palsu. Tapi kenyataannya tidak. Saya bersama
teman-teman yang membeli tiket diloket bergabung mengantri bersama para
pembeli di calo, toh kenyataannya semua diterima dipintu masuk dan bisa
memasuki arena lapangan rumput Stadion Lebak Bulus. Lantas apakah apakah
uang itu sampai ke Flores? Atau ke oknum? Ah, bukan Indonesia namanya
kalo gak ada gitu gituan.
Adapun situasi didalam stadion sudah riuh rendah memanggil manggil nama
Iwan Fals. Acara yang pada malam sebelumnya dipandu oleh
Alm. Benyamin S. dan
Nana Krip,
kali ini tanpa MC. Konon mereka berdua mendapat aksi kurang simpatik
dari massa fanatik Iwan Fals karena terlalu lama menunggu kehadiran Iwan
Fals. Sementara itu acara langsung dibuka dengan penampilan band
Slank.
Slank yang baru merilis dua album (album Maafkan dan album Kampungan)
membawakan lagu-lagu hits mereka. Sementara itu massa semakin banyak
saja yang datang. Aksi Slank mulai disambut kurang simpatik, massa
melemparkan lumpur kearah panggung, drum Slank penuh lumpur.
Kaka vokalis
Slank sempat menenangkan massa tapi situasi semakin tak terkendali.
Khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan Slank memilih turun
panggung sebelum waktunya selesai.
Situasi semakin memanas, nama Iwan terus dielu elukan oleh massa yang
sudah tidak sabar menunggu kehadirannya. Padahal waktu masih menunjukan
pukul 17.30 WIB, itu artinya masih satu setengah jam lagi Iwan akan naik
panggung. Namun tanpa diduga sebelumnya ditengah keriuhan massa
menjelang adzan Maghrib berkumandang, Iwan Fals naik keatas panggung.
Kontan saja kehadiran Iwan yang sebelum jadwalnya membuat suasana kian
riuh. Iwan tampil sangat sederhana, rambut gondrong yang terurai, kumis
jenggot yang dibiarkan tumbuh liar, kaos oblong putih dan celana jeans
warna coklat muda dengan gelang tasbih dilengannya.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...”, sapa Iwan.
“Wa’alaikumsalam...”, jawab penonton yang kegirangan.
Iwan kembali berucap,
“Saya nyanyinya nanti habis Maghrib, sekalian
kita nungguin teman teman anak sekolah yang baru pada pulang dan sedang
menuju kesini...”.
Nah disini ada kejadian lucu, teman teman dari STM Budi Utomo atau yang
kita kenal dengan nama Boedoet teriak lantang menyatakan kalo mereka
udah pulang sejak tadi siang dan sudah hadir semua di stadion.
Iwan Fals membalas pernyataan mereka,
“Wah, itu sih bolos namanya..!”
Sontak saja seloroh Iwan itu membuat tertawa penonton.
“Sambil nunggu Maghrib kita coba-coba alat musiknya ya...”, ucap Iwan.
Mengalunlah permainan alat-alat musik dari para musisi yang menemani Iwan Fals di panggung. Mereka adalah
Heirrie Buchaery,
Jerry Soedianto,
Cok Rampal,
Bagoes AA,
Iwang Noorsaid,
Arie Ayunir dan
Jalu. Mereka pula yang menjadi musisi pendukung album terbaru Iwan Fals kala itu, album Hijau.
Iwan pun bernyanyi secara spontan dengan lirik sekenanya,
“...sambil nunggu Maghrib... sambil nunggu Maghrib… sambil nunggu Maghrib… sambil nunggu Maghrib...”
Bait lagu yang sama dan terus diulang ulang membuat penonton mengikuti
irama dan nada dari Iwan Fals dan band. Dengan nada yang sama namun
lirik yang berbeda, Iwan kembali bernyanyi,
“...yang dipinggir sana, yang dipinggir sana, hati hati jatuh...”
Iwan menunjuk kearah penonton yang berbondong-bondong memanjat pagar tribun dikarenakan sesaknya penonton yang lapangan.
Masih dengan nada yang sama Iwan Fals kembali bersenandung,
“..eh yang tengah-tengah, eh yang tengah-tengah, jangan berkelahi, eh yang tengah-tengah jangan berkelahi...”
Lirik kali ini ditujukan pada penonton yang ada ditengah lapangan.
Adrenalin penonton mulai bergairah, padahal itu hanya pemanasan alias
jam session saja agar penonton tidak jemu.
Nada dan lirik spontan kembali dilontarkan Iwan,
“Yang main gitar gimana mainannya, enak apa nggak...?”
Penonton pun menyahut,
“Enaaak...!”.
“Yang main drum gimana mainannya, enak apa nggak...?”, lanjut Iwan.
Penontonpun kembali menyahut,
“Enaaaak.....!”.
Dan begitu seterusnya semua permainan personil band yang ditanyakan Iwan
Fals pada penonton dengan nyanyian apakah permainannya enak apa nggak.
Disela Iwan Fals yang terus berkomunikasi dengan penonton, sebagian penonton ada yang teriak teriak meminta Iwan agar
mencopot bendera Slank
yang dipasang oleh personel Slank sewaktu mereka manggung sebelumnya.
Iwan mengamini permintaan penonton, Iwan mencopot sendiri bendera Slank
yang ada dibibir panggung.
Cukup sampai disitukah permintaan penonton soal bendera Slank? belum, mereka kembali teriak,
“buang... buang... buang...”,
meminta agar Iwan Fals membuang bendera itu. Iwan menawarkan bagaimana
kalo bendera Slank dipakai oleh Iwan layaknya sarung?. Iwan memperagakan
bendera Slank dipasang dipinggangnya, kali ini penonton tetap ngotot
agar Iwan membuang bendera Slank itu. Iwan memenuhinya, tapi tidak
membuang ala sampah, ia menaruhnya bendera itu baik-baik bahkan Iwan
sendiri melipatnya dengan rapi sebelum ditaruh.
Ditengah jam session ada tingkah lucu Iwan Fals yang kelak menjadi trend
untuk Iwan sendiri dan para fansnya. Iwan Fals terlihat mengambil
sesuatu dari dalam kantong celana jeansnya, penontonpun menerka-nerka
apa yang diambil Iwan, harmonikakah?. Wow ternyata
karet gelang,
ya karet gelang, Iwan Fals rupanya hendak menguncir rambut gondrongnya.
Sempat muncul protes dari para penonton agar Iwan tak melakukannya, tapi
Iwan tetap bergeming untuk menguncirnya. Karet pertama putus ketika
Iwan mencobanya hingga menimbulkan tertawaan penonton, karet keduapun
demikian.
“Karet ketiga kalo masih putus juga gara-gara lu nih yang ngelarang-larang..!”, ujar Iwan pada penonton.
Dan benar saja, putus, penonton pun bersorak. Iwan Fals tak kurang akal ia memakai
kopiah atau
peci sholat
yang diberikan panitia dikarenakan adzan Maghrib sudah akan
berkumandang. Rupanya peci sholat itu terus dipakai Iwan Fals keatas
panggung untuk bernyanyi. Pengamatan penulis, trend pemakaian peci
sholat itu terus berlangsung hingga ke cover album
Dalbo dan
wawancara dengan sebuah majalah. Gaya Iwan Fals yang tak sengaja itu
malah diikuti oleh penggemar Iwan Fals dimasa-masa setelah itu.
Waktu mendekati pukul 19.00, promotor acara
Ais Suhana naik
keatas panggung. Setelah mengajak penonton untuk mengheningkan cipta dan
doa untuk korban bancana alam tsunami Flores, ia pun menyapa penonton,
“Selamat malam, tanpa banyak kata-kata mari kita sambut satu persatu
yang hendak naik kepanggung, Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok
Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir, Jalu dan Iwaaaaan
Faaaallllssss......!”.
Gemuruh sambutan puluhan ribu penonton menggelegarkan Lebak Bulus dan sekitarnya. Iwan Fals mengambil gitar kopongnya, lagu
Maumere dipilih menjadi nomor awal yang dibawakan Iwan malam itu.
“Maumereee, Maumereee, Sika Ngada Ende Flores Timur menangis, “Maumereee, Maumereee, Sika Ngada Ende Flores Timur bersedih...”.
Setelah itu para musisi pendukung mulai memainkan intro lagu.
Ada Lagi Yang Mati rupanya jadi lagu berikutnya.
Siang Seberang Istana menyusul dibelakangnya, dan lagu
Bongkar pun yang menjadi koor karaoke massal berikutnya pada malam itu. Dilanjutkan lagu
Ambulance Zig Zag kemudian lagu
PHK versi album
Mata Dewa dibawakan Iwan Fals.
Lelah... Iwan pun istirahat duduk dan mengambil gendang yang dimainkan
Jerry Soedianto, bermain gendang sendirian tanpa diiringi alat musik lain Iwan Fals membawakan lagu
Serdadu dan
Tikus Tikus Kantor.
Ada kejadian anti klimaks antara Iwan Fals dan penonton, entah mungkin masih suasana pasca
pemilu atau menjelang
pilpres 1993, seluruh penonton meneriakan iwan agar membawakan lagu
Wakil Rakyat.
Iwan Fals sebenarnya tak memasukan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu yang
akan dibawakan pada malam itu, namun untuk memenuhi permintaan penonton
dengan gitar kopong tanpa diiringi musisi pendukung, Iwan akhirnya
membawakan lagu itu.
Sikap Iwan yang tidak membawakan lagu itu secara full band membuat penonton protes,
“...pake band... pake band....!!!”.
Namun Iwan terus saja bernyanyi dengan gitar kopongnya. Hal ini malah menimbulkan teriakan
“huuuu” dari penonton. Entah siapa yang memulai seketika itu satu stadion alias puluhan ribu orang kompak bilang,
“Iwan Takut... Iwan Takut... Iwan Takut...!!!”.
Namun Iwan Fals diam saja.
Namun itulah Iwan Fals, dengan daya tarik kharismanya ia mengajak penonton untuk kembali bergoyang bersama. Kali ini nomor
Mimpi Yang Terbeli
dibawakanya. Penonton kembali senang, apalagi Iwan menyelipkan kalimat
nakal dalam lagu ini. Beberapa kali Iwan menyebut nama pejabat sebagai
biang kerok kenaikan harga harga sembako. Setiap Iwan menyebut nama
pejabat, penonton menyambutnya dengan gegap gempita. Teriakan “HIDUP
IWAN...!!!” kembali membahana.
Sekedar pembaca tahu bahwa masa itu adalah masa otoriter orde baru, tak
bisa sembarangan kita bicara, bisa ditangkap dengan tuduhan makar alias
subversive atau dianggap mengganggu stabilitas jalannya pemerintahan.
Dan Iwan Fals bisa dikategorikan “sang pemberani” dikala tokoh-tokoh
seniman dan politik masa itu membebek pada rezim yang ada alias ABS
(Asal Bapak Senang).
Lagu berikutnya
Puing dari album Mata Dewa dan
Coretan Dinding.
Berbeda dengan versi rekaman kaset yang dibawakan secara akustik, lagu
Coretan Dinding dibawakan Iwan Fals secara full band dan versi rock. Di
tengah-tengah lagu, Iwan Fals memperkenalkan satu persatu para musisi
pendukungnya denga cara yang tak lazim. Iwan mengenalkan nama mereka
dengan menyebut sifat baik dan buruknya para personel musisi yang
mendukung Iwan malam itu.
Selesai membawakan coretan dinding sejenak Iwan memperhatikan situasi dilapangan ada perkelahian rupanya. Disinilah
Iwan Fals terpancing emosi,
himbauannya untuk berdamai tak juga meredakan suasana. Melalui mikrofon
Iwan Fals menghardik mereka yang juga tak mau berdamai agar keluar dari
stadion. Bahkan Iwan sempat tersulut agar yang mau berkelahi supaya
naik saja keatas panggung dan berkelahi dengannya.
“..ada copet bang Iwan..., ada copet...!!!”, teriak penonton.
“...dari tadi copet melulu, udah gebukin ajalah, bikin kacau aja tuh copet....!”, jawab Iwan dengan nada marah.
Tak berlangsung lama keadaan mulai kondusif, teriakan
“Iwan... Iwan... Iwan...” kembali membahana. Iwan Fals menyambutnya dengan
Lagu Tiga dari album Hijau disusul
Umar Bakrie yang disambut gegap gempita oleh penonton. Belum puas sampai disitu tembang
Pesawat Tempur kembali membuat penonton seolah tak diberi waktu untuk jeda. Dan sekali lagi
Bento menyeruak
didalam stadion Lebak Bulus. Lagu ini ibarat mantra sakti sebagai
bentuk perlawanan sikap monopoli dijaman orde baru. Benar-benar konser
yang memuaskan.
Selesai.
Catatan penulis:
Permohonan maaf kepada penggemar
Alm. Benyamin S,
Nana Krip dan
Band Slank,
kita tidak menjelek-jelekan atau menurunkan harkat martabat mereka,
tapi memang saya menggambarkan kenyataan dilapangan demikian adanya.
*Buset dah, menulis itu ternyata gak mudah ya, hehehehe cape deh !!!
tidur dulu ah, karena besok kembali kerjaaaaaaa !!!!!! (oh ya itu bukan
laporan konser secara utuh loh, itu yang gue inget aja yang gue tulis,
maklum lah, 19 tahun yang lalu brooo, ibarat anak gadis umur 19 tahun,
udah bisa dinikahi tuh jiahahahahaha**** Selamat malam kawan kawan KBIF*
Terima Kasih !!!!!
-----------------------------------------------------
Makasih juga bro, keren bin maknyus kisahnya.. :)
Tulisan ini dari
Udin Jamal Azhari dipublikasikan oleh
iwanfalsmania.com,
FB Kabar Berita Iwan Fals &
@BeritaIwanFals untuk
seluruh penggemar Iwan Fals.
-----------------------------------------------------
Foto-foto dari majalah Popular Februari 1993 - koleksi Doel
iwanfalsmania.com 100% Iwan Fals