Rabu, 17 April 2013

Iwan Fals: “Sambil Nunggu Maghrib, Jangan Berkelahi..!” - Konser Iwan Fals 1993

Konser Iwan Fals 1993
Iwan Fals, nama penyanyi Indonesia yang sangat populer dengan lagu-lagu kritisnya dan memberi inspirasi banyak orang. Selain itu banyak dari penggemar yang menyimpan segudang kenangan ketika bisa menyaksikan penampilan Iwan Fals diatas panggung. Iwanfalsmania.com bersyukur bisa mengenal orang-orang hebat sesama penggemar Iwan Fals dengan berbagai kisahnya. Seorang sahabat mengais memori tentang penampilan Iwan Fals yang masih terekam jelas diingatannya. Kenangan yang tidak akan pernah dilupakan sepanjang hidupnya. Dan kini sahabat kita berbagi kisah saat menjadi saksi sejarah kehadirannya pada Konser Iwan Fals Untuk Kemanusiaan Bencana Alam Maumere Flores, di stadion Lebak Bulus, Jakarta, tahun 1993. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan.. dan mungkin tidak akan terulang lagi...

Mari kita baca kisahnya..... “Wow.. 19 tahun yang lalu... Asli, ane ‘mbaca kisahnya jadi merinding bro... :)”  (sb)


(EDISI LENGKAP ALIAS YANG GUE INGET 19 TAHUN YANG LALU)

Perjalanan Meliput Konser Iwan Fals Untuk Kemanusiaan Bencana Alam Maumere Flores. 
Sabtu, 30 Januari 1993.

Oleh: Udin Jamal Azhari (ditulis malam ini, 24 Februari 2012)

Iwan Fals: “Sambil Nunggu Maghrib, Jangan Berkelahi..!”

Rumahku, Bekasi, 31 Januari 1993, membuka mata melihat jam… wow 6.05 WIB, ya tanda harus segera mandi dan bergegas berangkat ke sekolah (SMP). Sehabis mandi menuju kamarku untuk salin pakaian sekolah. Ibuku sedang nonton acara Seputar Indonesia RCTI, suara penyiar semakin jelas kudengar, memberitakan suksesnya Konser Iwan Fals yang berlangsung tadi malam (30/1/1993) di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Dihadiri sekitar 40 ribu penonton dan berhasil mengumpulkan dana seratus jutaan untuk disumbangkan bagi korban bencana alam tsunami Flores. Jumlah itu dipastikan akan bertambah karena konser kedua akan berlangsung malam ini, Sabtu, 31 Januari 1993.

Duh aku harus nonton nih….Iwan Fals!!!…. musisi yang sangat popular dan kharismatis saat itu. Maklum saja, masyarakat Jakarta masih belum lupa akan tembang Bento dan Bongkar yang baru saja diriliss bersama grup Swami tahun 1990 dan konser akbar Kantata Takwa 15 Juli 1990 di Stadion Senayan yang mampu menghadirkan seratus ribu penonton. Dan kini, malam ini, dia akan tampil tunggal atas nama Iwan Fals (tentunya dengan band pengiring dari album Hijau).

Stadion Lebak Bulus, 31 Januari 1993 Pukul 15.30, konsernya sendiri baru akan berlangsung pukul 19.00 WIB. Panas matahari begitu menyengat, saya dan teman-teman rumah juga teman-teman Iwan Fals Fans Club (IFFC) Radio Metro Jaya mencari tempat berteduh disekitar gedung stadion, namun membludaknya massa membuat suasana semakin panas saja. Mereka rata-rata datang bersama rombongan dengan menumpang Truk atau Metromini carteran. Gaduh sekali suasana diluar stadion. Sekelompok orang membentangkan spanduk merah dipagar pagar luar stadion bertuliskan “The Big Family Iwan Fals”.

Semakin sore hingar-bingar massa semakin terasa. Banyak sekali manusia ketika itu. Namun ada yang menarik pemandanganku diantara para pedagang makanan dan pernak-pernik Iwan Fals, ada yang menjual sablon (maaf) ecek ecek. Saya mengatakan ecek ecek karena caranya memang sangat sederhana, yaitu gambar Iwan Fals yang ada di kertas putih kemudian jika kita setrika di kaos kita maka gambar itu akan menempel, si pedagang itu sudah siap dengan setrikanya. Cukup dengan membayar seratus rupiah saja kaos kita akan di strikanya. Walhasil dengan harga yang murah meriah itu rupanya laris juga jualannya.

Pukul 16.30 WIB kami sepakat untuk masuk stadion, tawaran calo tiket membuat kami sempat tergoda, mungkin sampai tulisan ini dibuat. Hanya saat itu ada calo tiket yang menjual harga lebih murah dari harga tiket resmi. Harga tiket resmi Rp.4000,- calo hanya menjual separuh harga alias Rp.2000,-. Mungkin terlintas dipikiran pembaca jangan-jangan tiket yang dijual calo itu palsu. Tapi kenyataannya tidak. Saya bersama teman-teman yang membeli tiket diloket bergabung mengantri bersama para pembeli di calo, toh kenyataannya semua diterima dipintu masuk dan bisa memasuki arena lapangan rumput Stadion Lebak Bulus. Lantas apakah apakah uang itu sampai ke Flores? Atau ke oknum? Ah, bukan Indonesia namanya kalo gak ada gitu gituan.

Adapun situasi didalam stadion sudah riuh rendah memanggil manggil nama Iwan Fals. Acara yang pada malam sebelumnya dipandu oleh Alm. Benyamin S. dan Nana Krip, kali ini tanpa MC. Konon mereka berdua mendapat aksi kurang simpatik dari massa fanatik Iwan Fals karena terlalu lama menunggu kehadiran Iwan Fals. Sementara itu acara langsung dibuka dengan penampilan band Slank. Slank yang baru merilis dua album (album Maafkan dan album Kampungan) membawakan lagu-lagu hits mereka. Sementara itu massa semakin banyak saja yang datang. Aksi Slank mulai disambut kurang simpatik, massa melemparkan lumpur kearah panggung, drum Slank penuh lumpur. Kaka vokalis Slank sempat menenangkan massa tapi situasi semakin tak terkendali. Khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan Slank memilih turun panggung sebelum waktunya selesai.

Situasi semakin memanas, nama Iwan terus dielu elukan oleh massa yang sudah tidak sabar menunggu kehadirannya. Padahal waktu masih menunjukan pukul 17.30 WIB, itu artinya masih satu setengah jam lagi Iwan akan naik panggung. Namun tanpa diduga sebelumnya ditengah keriuhan massa menjelang adzan Maghrib berkumandang, Iwan Fals naik keatas panggung. Kontan saja kehadiran Iwan yang sebelum jadwalnya membuat suasana kian riuh. Iwan tampil sangat sederhana, rambut gondrong yang terurai, kumis jenggot yang dibiarkan tumbuh liar, kaos oblong putih dan celana jeans warna coklat muda dengan gelang tasbih dilengannya.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...”, sapa Iwan.

“Wa’alaikumsalam...”, jawab penonton yang kegirangan.

Iwan kembali berucap, “Saya nyanyinya nanti habis Maghrib, sekalian kita nungguin teman teman anak sekolah yang baru pada pulang dan sedang menuju kesini...”.

Nah disini ada kejadian lucu, teman teman dari STM Budi Utomo atau yang kita kenal dengan nama Boedoet teriak lantang menyatakan kalo mereka udah pulang sejak tadi siang dan sudah hadir semua di stadion.

Iwan Fals membalas pernyataan mereka, “Wah, itu sih bolos namanya..!”

Sontak saja seloroh Iwan itu membuat tertawa penonton.

“Sambil nunggu Maghrib kita coba-coba alat musiknya ya...”, ucap Iwan.

Mengalunlah permainan alat-alat musik dari para musisi yang menemani Iwan Fals di panggung. Mereka adalah Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir dan Jalu. Mereka pula yang menjadi musisi pendukung album terbaru Iwan Fals kala itu, album Hijau.

Iwan pun bernyanyi secara spontan dengan lirik sekenanya,

“...sambil nunggu Maghrib... sambil nunggu Maghrib… sambil nunggu Maghrib… sambil nunggu Maghrib...” 

Bait lagu yang sama dan terus diulang ulang membuat penonton mengikuti irama dan nada dari Iwan Fals dan band. Dengan nada yang sama namun lirik yang berbeda, Iwan kembali bernyanyi,

“...yang dipinggir sana, yang dipinggir sana, hati hati jatuh...”

Iwan menunjuk kearah penonton yang berbondong-bondong memanjat pagar tribun dikarenakan sesaknya penonton yang lapangan.

Masih dengan nada yang sama Iwan Fals kembali bersenandung,

“..eh yang tengah-tengah, eh yang tengah-tengah, jangan berkelahi, eh yang tengah-tengah jangan berkelahi...”

Lirik kali ini ditujukan pada penonton yang ada ditengah lapangan. Adrenalin penonton mulai bergairah, padahal itu hanya pemanasan alias jam session saja agar penonton tidak jemu.

Nada dan lirik spontan kembali dilontarkan Iwan,

“Yang main gitar gimana mainannya, enak apa nggak...?” 

Penonton pun menyahut, “Enaaak...!”.

“Yang main drum gimana mainannya, enak apa nggak...?”, lanjut Iwan.

Penontonpun kembali menyahut, “Enaaaak.....!”.

Dan begitu seterusnya semua permainan personil band yang ditanyakan Iwan Fals pada penonton dengan nyanyian apakah permainannya enak apa nggak.

Disela Iwan Fals yang terus berkomunikasi dengan penonton, sebagian penonton ada yang teriak teriak meminta Iwan agar mencopot bendera Slank yang dipasang oleh personel Slank sewaktu mereka manggung sebelumnya. Iwan mengamini permintaan penonton, Iwan mencopot sendiri bendera Slank yang ada dibibir panggung.

Cukup sampai disitukah permintaan penonton soal bendera Slank? belum, mereka kembali teriak, “buang... buang... buang...”, meminta agar Iwan Fals membuang bendera itu. Iwan menawarkan bagaimana kalo bendera Slank dipakai oleh Iwan layaknya sarung?. Iwan memperagakan bendera Slank dipasang dipinggangnya, kali ini penonton tetap ngotot agar Iwan membuang bendera Slank itu. Iwan memenuhinya, tapi tidak membuang ala sampah, ia menaruhnya bendera itu baik-baik bahkan Iwan sendiri melipatnya dengan rapi sebelum ditaruh.

Ditengah jam session ada tingkah lucu Iwan Fals yang kelak menjadi trend untuk Iwan sendiri dan para fansnya. Iwan Fals terlihat mengambil sesuatu dari dalam kantong celana jeansnya, penontonpun menerka-nerka apa yang diambil Iwan, harmonikakah?. Wow ternyata karet gelang, ya karet gelang, Iwan Fals rupanya hendak menguncir rambut gondrongnya. Sempat muncul protes dari para penonton agar Iwan tak melakukannya, tapi Iwan tetap bergeming untuk menguncirnya. Karet pertama putus ketika Iwan mencobanya hingga menimbulkan tertawaan penonton, karet keduapun demikian.

“Karet ketiga kalo masih putus juga gara-gara lu nih yang ngelarang-larang..!”, ujar Iwan pada penonton.

Dan benar saja, putus, penonton pun bersorak. Iwan Fals tak kurang akal ia memakai kopiah atau peci sholat yang diberikan panitia dikarenakan adzan Maghrib sudah akan berkumandang. Rupanya peci sholat itu terus dipakai Iwan Fals keatas panggung untuk bernyanyi. Pengamatan penulis, trend pemakaian peci sholat itu terus berlangsung hingga ke cover album Dalbo dan wawancara dengan sebuah majalah. Gaya Iwan Fals yang tak sengaja itu malah diikuti oleh penggemar Iwan Fals dimasa-masa setelah itu.

Waktu mendekati pukul 19.00, promotor acara Ais Suhana naik keatas panggung. Setelah mengajak penonton untuk mengheningkan cipta dan doa untuk korban bancana alam tsunami Flores, ia pun menyapa penonton,  

“Selamat malam, tanpa banyak kata-kata mari kita sambut satu persatu yang hendak naik kepanggung, Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir, Jalu dan Iwaaaaan Faaaallllssss......!”. 

Gemuruh sambutan puluhan ribu penonton menggelegarkan Lebak Bulus dan sekitarnya. Iwan Fals mengambil gitar kopongnya, lagu Maumere dipilih menjadi nomor awal yang dibawakan Iwan malam itu.

“Maumereee, Maumereee, Sika Ngada Ende Flores Timur menangis, “Maumereee, Maumereee, Sika Ngada Ende Flores Timur bersedih...”. 

Setelah itu para musisi pendukung mulai memainkan intro lagu. Ada Lagi Yang Mati rupanya jadi lagu berikutnya. Siang Seberang Istana menyusul dibelakangnya, dan lagu Bongkar pun yang menjadi koor karaoke massal berikutnya pada malam itu. Dilanjutkan lagu Ambulance Zig Zag kemudian lagu PHK versi album Mata Dewa dibawakan Iwan Fals.

Lelah... Iwan pun istirahat duduk dan mengambil gendang yang dimainkan Jerry Soedianto, bermain gendang sendirian tanpa diiringi alat musik lain Iwan Fals membawakan lagu Serdadu dan Tikus Tikus Kantor.

Ada kejadian anti klimaks antara Iwan Fals dan penonton, entah mungkin masih suasana pasca pemilu atau menjelang pilpres 1993, seluruh penonton meneriakan iwan agar membawakan lagu Wakil Rakyat. Iwan Fals sebenarnya tak memasukan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu yang akan dibawakan pada malam itu, namun untuk memenuhi permintaan penonton dengan gitar kopong tanpa diiringi musisi pendukung, Iwan akhirnya membawakan lagu itu.

Sikap Iwan yang tidak membawakan lagu itu secara full band membuat penonton protes,

“...pake band... pake band....!!!”. 

Namun Iwan terus saja bernyanyi dengan gitar kopongnya. Hal ini malah menimbulkan teriakan “huuuu” dari penonton. Entah siapa yang memulai seketika itu satu stadion alias puluhan ribu orang kompak bilang,

“Iwan Takut... Iwan Takut... Iwan Takut...!!!”. 

Namun Iwan Fals diam saja.

Namun itulah Iwan Fals, dengan daya tarik kharismanya ia mengajak penonton untuk kembali bergoyang bersama. Kali ini nomor Mimpi Yang Terbeli dibawakanya. Penonton kembali senang, apalagi Iwan menyelipkan kalimat nakal dalam lagu ini. Beberapa kali Iwan menyebut nama pejabat sebagai biang kerok kenaikan harga harga sembako. Setiap Iwan menyebut nama pejabat, penonton menyambutnya dengan gegap gempita. Teriakan “HIDUP IWAN...!!!” kembali membahana.

Sekedar pembaca tahu bahwa masa itu adalah masa otoriter orde baru, tak bisa sembarangan kita bicara, bisa ditangkap dengan tuduhan makar alias subversive atau dianggap mengganggu stabilitas jalannya pemerintahan. Dan Iwan Fals bisa dikategorikan “sang pemberani” dikala tokoh-tokoh seniman dan politik masa itu membebek pada rezim yang ada alias ABS (Asal Bapak Senang).

Lagu berikutnya Puing dari album Mata Dewa dan Coretan Dinding. Berbeda dengan versi rekaman kaset yang dibawakan secara akustik, lagu Coretan Dinding dibawakan Iwan Fals secara full band dan versi rock. Di tengah-tengah lagu, Iwan Fals memperkenalkan satu persatu para musisi pendukungnya denga cara yang tak lazim. Iwan mengenalkan nama mereka dengan menyebut sifat baik dan buruknya para personel musisi yang mendukung Iwan malam itu.

Selesai membawakan coretan dinding sejenak Iwan memperhatikan situasi dilapangan ada perkelahian rupanya. Disinilah Iwan Fals terpancing emosi, himbauannya untuk berdamai tak juga meredakan suasana. Melalui mikrofon Iwan Fals menghardik mereka yang juga tak mau berdamai agar keluar dari stadion. Bahkan Iwan sempat tersulut agar yang mau berkelahi supaya naik saja keatas panggung dan berkelahi dengannya.

“..ada copet bang Iwan..., ada copet...!!!”, teriak penonton.

“...dari tadi copet melulu, udah gebukin ajalah, bikin kacau aja tuh copet....!”, jawab Iwan dengan nada marah.

Tak berlangsung lama keadaan mulai kondusif, teriakan “Iwan... Iwan... Iwan...” kembali membahana. Iwan Fals menyambutnya dengan Lagu Tiga dari album Hijau disusul Umar Bakrie yang disambut gegap gempita oleh penonton. Belum puas sampai disitu tembang Pesawat Tempur kembali membuat penonton seolah tak diberi waktu untuk jeda. Dan sekali lagi Bento menyeruak didalam stadion Lebak Bulus. Lagu ini ibarat mantra sakti sebagai bentuk perlawanan sikap monopoli dijaman orde baru. Benar-benar konser yang memuaskan.

Selesai.

Catatan penulis:

Permohonan maaf kepada penggemar Alm. Benyamin S, Nana Krip dan Band Slank, kita tidak menjelek-jelekan atau menurunkan harkat martabat mereka, tapi memang saya menggambarkan kenyataan dilapangan demikian adanya.

*Buset dah, menulis itu ternyata gak mudah ya, hehehehe cape deh !!! tidur dulu ah, karena besok kembali kerjaaaaaaa !!!!!! (oh ya itu bukan laporan konser secara utuh loh, itu yang gue inget aja yang gue tulis, maklum lah, 19 tahun yang lalu brooo, ibarat anak gadis umur 19 tahun, udah bisa dinikahi tuh jiahahahahaha**** Selamat malam kawan kawan KBIF* Terima Kasih !!!!!

-----------------------------------------------------

Makasih juga bro, keren bin maknyus kisahnya.. :)

Tulisan ini dari Udin Jamal Azhari dipublikasikan oleh iwanfalsmania.com FB Kabar Berita Iwan Fals & @BeritaIwanFals untuk seluruh penggemar Iwan Fals.

-----------------------------------------------------

Konser Iwan Fals 1993Konser Iwan Fals 1993Konser Iwan Fals 1993Konser Iwan Fals 1993

 Foto-foto dari majalah Popular Februari 1993 - koleksi Doel

iwanfalsmania.com 100% Iwan Fals

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Arsip Blog

Entri Terfals

Like

 

Kalender

Total Pengunjung

follow Me

Followers

 

Footer

Oi Pagar Alam