Rabu, 01 Mei 2013

Belalang Tua


Menurut pengakuan Iwan Fals, lagu ini dibuat berdasarkan kenyataan yang dia lihat. Dia mengamati binatang belalang yang dianggap usianya sudah tua di kebun rumahnya. Belalang itu makan dengan rakusnya meskipun sudah tua. Belalang itu tidak mengehntikan makannya dan terus menghabiskan daun daun disana, tetapi walau sampai habis daunnya, belalang itu tak jatuh juga.
Namun rupanya pemahaman pendengar lagu ini berbeda. Pendengar mengartikan belalang tua sebagai seorang pemimpin yang rakus. Seorang penguasa yang enggan menyerahkan kekuasaannya kepada generasi muda. Ini mirip dengan keadaan yang terjadi di Indonesia pada masa yang lalu.

Lagu ini versi awalnya ada dalam album Suara Hati tahun 2002 dan kemudian diaransemen ulang dalam album In Collaboration tahun 2003.




Belalang Tua
Iwan Fals ( Album Suara Hati 2002 & In Collaboration 2003 )


Belalang tua diujung daun
Warnanya kuning kecoklat coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair
Tentang hati yang khawatir

Sebab menyaksikan
Akhir dari kerakusan
Belalang tua
Yang tak kenyang kenyang

Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak keatas
Matanya melotot melihatku tak senang

Kakinya mencengkram daun
Empat didepan dua dibelakang
Bergerigi tajam

Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar

Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang

Walau hampir habis
Daun tak jadi patah
Belalang yang serakah
Berhenti mengunyah

Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang

Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik rintik

Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan
Kisah ini akan berakhir

Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang

Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Arsip Blog

Entri Terfals

Like

 

Kalender

Total Pengunjung

follow Me

Followers

 

Footer

Oi Pagar Alam